Dibalik 98 : Representasi Orang Cina
Ditulis oleh Maharani Buana Putri
Rasisme
Rasisme
terjadi karena adanya kecemburuan, kesenjangan sosial, konflik, serta adanya
gesekan antar masyarakat. Di Indonesia masih banyak kasus rasisme yang terjadi,
Indonesia terdiri dari berbagai jenis kebudayaan, suku bangsa dan agama. Saling
toleransi sangat di perlukan agar Indonesia menjadi negara yang damai dan aman,
namun kita tidak dapat memungkiri masih banyak terdapat gesekan atar suku ras
dan agama di Indonesia ini. Maish banyak perang suku yang terjadi masih ada
pengucilan kaum minoritas, mengatur negara dengan berbagai keragaman bukan hal
yang mudah diperlukan kerjasama dengan masyarakat agar tercipta sebuat
ketertiban dan keteraturan jika kita mudah di adu domba negara Indonesia tidak
akan bertahan lama. Keragaman merupakan harta yang dimiliki negara namun
keragaman juga dapat menjadi faktor terbelahnya negara. Semakin berkembangnya
tekhnologi pemikiran masyarakat juga dapat berkembang menjadi lebih modern dan menghargai perbedaan yang ada
saling menghormati tidak ada minoritas ataupun mayoritas kita sama - sama warga
negara Indonesia.
Cina pada masa orde
baru
Pada
masa pemerintahan orde baru orang – orang Cina memiliki batasan – batasan
tertentu, mengeluarkan kebijakan penandaan khusus pada Kartu Tanda Penduduk, tidak
bolehnya warga etnis Tionghoa menjadi pegawai negeri serta tentara, pelarangan
warga etnis Tionghoa untuk memiliki tanah di pedesaan. Hal tersebut sangat
disayangkan mengingat orang cina sudah lama berda di Indonesia bahkan sebelum
masa penjajahan Belanda dan menjadi partner dagang Indonesia namun orang Cina
tetep dianggap orang asing pada masa itu ada juga beberapa undang undang yang
diskriminatif terhadap etnis Cina. Pada tahun 67, Soeharto mengeluarkan surat
edaran ‘Kebijakan Pokok Penyelesaian Masalah Cina’ yang isinya menyatakan bahwa
etnis Tionghoa WNA yang beritikad baik akan mendapat jaminan keamanan dan
perlindungan atas kehidupan, kepemilikan, dan usahanya. Pada masa pemerintahan
orde baru kata rasisme jarang sekali disebutkan bahkan tidak boleh
diperbincangkan pemerintah sangat mengantisipasi hal tersebut untuk
kepentingkan politik ekonomi pemerintahan. Pemerintah mengasimilasikan orang –
orang etnis Cina dan melakukan berbagai hal untuk memutus hubungan mereka
dengan leluhurnya. Proses asimilasi meliputi, aturan penggantian nama, melarang
segala bentuk penerbitan degan bahasa serta aksara Cina, Membatasi
kegiatan-kegiatan keagamaan hanya dalam keluarga, tidak mengizinkan pagelaran
dalam perayaan hari raya tradisional Tionghoa di muka umum, melarang
sekolah-sekolah Tionghoa dan menganjurkan anak-anak Tionghoa untuk masuk ke
sekolah umum negeri atau swasta. Setelah pergantian pemerintah ke Gus Dur
masyarakat etnis Cina dapat bernapas lega pasalnya Presiden Gus Dur membebaskan
masyarakat etnis Cina untuk melakukan perayaan pada hari raya mereka. Pada masa
pemerintah tersebut masyarakat pribumi dan etnis Cina dapat berbaur dengan baik
dan melakukan perayaan agama mereka bersama - sama dan saling menghargai
kebudayaan yang dimiliki.
Representasi orang cina
Dibalik 98
Dalam film
Dibalik 98 tidak menceritakan secara khusus mengenai kejadian yang terjadi saat
kerusuhan Mei 98, namun tentang konflik sebuah keluarga dimana terdapat 3 orang
Bagus dan istrinya Salma serta adik Salma yang bernama Diana. Bagus dan Salma
merupakan pegawai pemerintahan sedangkan Diana seorang mahasiswa yang menentang
pemerintah pada masa itu. Dalam kerusuhan 98 terdapat banyak sekali korban tidak
hanya dari pribumi namun juga dari etnis lain seperti Cina. Masyarakat pada
waktu itu melakukan perusakan, penjarahan, pemerkosaan dan penganiayaan
terhadap etnis Cina. Hal yang melatar belakangi hal tersebut juga belum
diketahui betul kasus tersebut tidak diperkarakan lebih lanjut. Banyak orang Cina
yang memilih pergi keluar negeri untuk menyelamatkan diri dan juga pergi karena
mengalamu trauma. Bagaimana reprensentasi orang Cina dalam film Dibalik 98 ini
digambarkan, orang – orang Cina tidak terlalu mengikuti demo yang dilakukan
oleh Mahasiswa bahkan terkesan pasif. Daniel yang merupakan pacar Diana yang
sangat menetang pemerintahpun tidak terlalu menyukai kerusuhan, ketika demo
mulai terjadi kerusuhan Daniel memilih untuk meninggalkan demo tersebut. Daniel
hanya ikut menyampaikan aspirasi dan semangat para mahasiswa yang menentang
pemerintahan kala itu sedangkan orang – orang Cina pada umumnya hanya mengikuti
perkembangan yang ada dan tidak ikut campur hanya sebagian orang Cina yang
berani untuk menunjukan aspirasinya. Dalam melakuka demo Daniel juga berbaur
dengan pribumi dan tidak ada perbedaan antara pribumi dan etnis Cina mereka
bergabung untuk mendapatkan keadilan. Dalam cerita juga terdapat seorang etnis
Cina yang bekerja sebagai kepala pegawai di dapur Istana, meskipun adanya
pelarangan etnis Cina untuk bekerja sebagai pegawai negeri dan aparat negara
dalam film ini ditampilkan bahwa etnis Cina dapat bekerja di Istana Negara dan
mendapatan jabatan yang tinggi.
Rasisme
masih sangat terasa pada masa pemerintahan orde baru orang – orang Cina
dibatasi dengan undang – undang dan hanya dapat bediam diri dilingkungannya.
Dalam film sekumpulan orang Cina hanya dapat diam ketika masyarakat pribumi
menjarah dan menghancurkan toko dan kendaraan yang berada dijalan, dari raut
wajah mereka terlihat takut dan khawatir apa yang akan terjadi pada mereka
nantinya. Mereka hanya dapat melarikan diri dan bersembunyi dari masyarakat
pribumi, ada scene dimana sebuah keluarga dikejar orang pribumi sang ayah
dipukuli sedangkan anak – anak perempunanya ditarik entah apa yang akan
dilakuakan kepada anak – anak yang tidak berdosa dan tidak tahu apa – apa
tersebut. Masyarakat kala itu tidak memandang laki – laki, perempuan, tua, muda
asalkan itu orang Cina mereka akan menyerangnya dan melakukan penganiayaan.
Orang Cina disini digambarkan sebagai orang yang lemah tidak memiliki kekuatan
tidak memiliki penyokong dibelakangnya bahkan Kedubes Cina hanya menolak
memberikan bantuan karena mereka berkewarganegaraan Indonesia. Orang Cina tidak
bisa melawan penyerangan yang dilakukan dan hanya menanti bantuan dari orang –
orang yang masih memiliki hati nurani untuk menolong mereka. Dalam sebuah film
jarang sekali orang Cina digambarkan sebagai orang jahat yang merendahkan
pribumi malah mereka sendiri yang sering dikucilkan karena merupakan kaum
minoritas yang tinggal di Indonesia. Meskipun dilakukan dengan begitu buruk
dalam film ini ayah Daniel meminta ketika ia meninggal ia ingin abunya
disebarkan di rumah lamanya di Indonesia karena bagaimanapun ia tetep mencintai
kampung halamnya yaitu Indonesia. Bagaimanapun negara Indonesia memiliki
semboyan bhineka tunggal ika yang artinya “walaupun berbeda – beda tetap satu
jua” hal tersebut menjadikan kita harus saling toleransi terhada Suku, Agama,
Ras, dan Antar golongan bukan untuk saling menjatuhkan satu sama lain.
http://www.tionghoa.info/diskriminasi-etnis-tionghoa-di-indonesia-pada-masa-orde-lama-dan-orde-baru/
Tentang Penulis
Maharani Buana Putri 14148167
Tentang Penulis
Maharani Buana Putri 14148167
0 komentar: