Komodifikasi dalam Program My Trip My Adventure sebagai Pemompa Rupiah

01:15 Semut Nakal 14 0 Comments

Ditulis oleh: Helvana Dewi Yulian

Siapa yang tidak tertarik dengan wisata di Indonesia? Dibalik banyaknya nilai negatif serta adanya kekurangan perawatan yang dialami tempat wisata, Indonesia tetap menyimpan keindahan tersendiri. Karenanya, banyak wisatawan lokal maupun mancanegara ingin sekali mendatanginya.

Sebuah asset yang luar biasa, media kususnya televisi tak ingin ketinggalan dalam memanfaatkan hal ini, menguasai bidang wisata yang dijadikan konten program akan menghasilkan pundi-pundi iklan yang melimpah ruah. Tempat wisata menjadi sebuah konten yang menarik untuk membuat sebuah program acara. Program acara tentang wisata dan keindahan alam bernama My Trip My Adventure ini memperlihatkan keindahan pemandangan dari berbagai tempat di Indonesia.

Program ini sudah berjalan sejak akhir tahun 2013 tepatnya bulan September. Pembuat mengemas programnya menjadi sebuah acara televisi bergenre perjalanan wisata atau travel documentary yang ditayangkan di Trans TV.  My Trip My Adventure memperlihatkan sekelompok pemuda yang hobi melakukan perjalanan wisata mengunjungi tempat-tempat alam yang indah, berkomunikasi dengan warga sekitar, menghargai budaya yang ada di wilayah tersebut. Namun dalam praktiknya akan terlihat sisi-sisi lain yang perlu di cermati lagi. Akan terlihat munculnya suatu gejala yang dinamakan komodifikasi dalam teori Karl Marx dalam bukunya (Encyclopedia of Marxism).

Karl Marz mengatakan, “Komodifikasi berarti transformasi hubungan yang sebelumya bersih dari perdaganagan, menjadi hubungan komersial, hubungan pertukaran, membeli dan menjual.” Fenomena ini yang akhirnya menjebak sebuah konten program menjadi tidak bersih. Tidak dapat dipungkiri program My Trip My Adventure jelas melakukan praktik komodifikasi.

Sebelum My Trip My Adventure popular, sudah ada program sejenis seperti Jejak Petualang (Trans 7), Hijab Traveller (Trans TV), dan beberapa lainnya. namun pembuat berhasil mengemas program dengan menarik dan kebaruan sehingga bisa bertahan sampai tiga tahun dengan rating yang tinggi. Kisah-kisah petualangan yang seru bahkan mampu membuat kesan seolah kita ikut berpetualang bersama.

Teknologi sebagai Penguat Konten Program
Teknologi semakin berkembang membuat media juga akan berusaha memasukkan peralatan-peralatan canggih ke dalam program sebagai sebuah konten. My Trip My Adventure juga menggunakan teknologi yang baru dan canggih seperti tongsis, camera go-pro, drone untuk mengabadikan moment berpetualang. Hal tersebut membuat penonton yang menyaksikan ingin menggunakan teknologi atau peralatan tersebut untuk mendukung kegiatan traveling. Peralatan teknologi canggih diperlihatkan saat pembawa acara menggunakan camera canggih yang bisa digunakan di dalam air. Secara sadar penonton yang kebanyakan kalangan remaja  akan terpengaruh.

Memaskkan teknologi sebagai konten dalam program menjadi komodifikasi yang bisa diperhitungkan. Penggunaan teknologi sebagai pendukung kegiatan traveling akan berpengaruh terhadap masuknya iklan pada program. Produk-produk peralatan canggih akan mudah memasang iklan pada program tersebut. Penggunaan camera tidak lagi sebagai pendukung program namun langsung menjualkan produk pemasang iklan dalam program. Hal ini sudah tidak lagi dilihat dari segi sentimental, namun sudah dinilai semata-mata dengan nilai uang.

My Trip My Adventure memberi contoh bahwa media melingkupi setiap tindakan masyarakat, atau dalam sebuah media yang terpenting teknologinya bukan isinya. Direlasikan dengan asumsi Marshall Mcluhan dalam teori ekologi media ini, My Trip My Adventure disajikan dalam kemasan yang berbeda dan terlihat cukup menarik minat pemirsa. Walaupun dalam kasus ini medium yang ditawarkan menjadi satu kesatuan visual. Hal tersebut digunakan untuk memediasi permirsanya agar melihat program tersebut sebagai suatu keharusan dan tidak tertinggal walaupun satu episode saja.

Ekxploitasi Konten untuk Mendulang Rupiah
Konten program tak luput dari peran pemilihan pembawa acara yang menjadi bukti sebuah nyawa program tersebut, keterlibatan aktor dan aktris ternama layaknya Nadine Candrawinata, Dyon Wiyoko dan beberapa lainnya. Jika dipahami, fashion atau pakaian yang digunakan pembawa acara juga menjadi salah satu konten yang dikomodifikasi. Pakaian yang dikenakan memunculkan fasion atau tren baru, hal ini sangat mempengaruhi pemirsanya apalagi kalangan remaja. Bukan lagi kegiatan traveling yang terpenting melainkan fashion dan atribut yang digunakan saat melakukan aktivitas traveling.

Kemunculan fasion traveling merupakan imbas dari komodifikasi yang berusaha dibentuk di dalam program. Dimana dengan adanya fashion tersebut banyaknya brand dan merk pakaian serta aksesoris traveling akan dengan lapang dada mengucurkan dananya untuk program tersebut. Adanya praktik ekonomi politik media sudah sangat jelas terbukti. Konten media dibuat sedemikian rupa sehingga benar-benar menjadi kesukaan publik meski hal itu bukanlah fakta dan kebutuhan publik.

Keterlibatan warga lokal secara langsung bisa menaikkan rating yang dimiliki program. Sisi ini juga menarik untuk diulas. Keterlibatan warga lokal dalam mengisi konten program sangat menarik perhatian. Dalam program dimunculkan warga lokal untuk membantu menunjukkan jalan, membantu dalam menelusuri tempat wisata dan lainnya. Warga yang menjadi bagian dari konten program bisa memberikan pengaruh untuk pemirsa.

Dalam program diperlihatkan bahwa destinasi wisata tertentu di sebuah daerah sebagai objek dan warga lokal sebagai subjek pendukung jelas akan menunjang rating sebuah program. Tanpa sadar keterlibatan warga dalam program akan menjadi bagian dari strategi program untuk menarik pemirsa. Pembenaran proses komodifikasi warga lokal dalam program My Trip My Advanture akan mempengaruhi komunikasi praktik sosial. Sehingga hal tersebut menjadi alat pengesahan segala cara, termasuk cara licik dilakukan demi mendapat perhatian penonton yang tinggi. Saat audiens sebuah program tinggi, kembali lagi ke tujuan utama untuk menerima segala bentuk iklan agar ditampilkan dalam program.

Komodifikasi hadir karena kebutuhan yang sengaja diciptakan dan dibentuk oleh para pembuatnya, sebagai salah satu model pendekatan untuk mengenalkan objeknya. Berbicara komodifikasi, erat dengan ideologi di dalamnya, hal ini merupakan salah satu wujud praktek kreatif yang menjadikan tujuan keberhasilan sebuah program diukur dari banyaknya iklan yang menopangnya.

Identitas program My Trip My Adventure menjadi bukti terakhir sebuah bentuk komodifikasi. Identitas ini secara berulang-ulang dimunculkan untuk membentuk hegemoni terhadap pemirsanya. Serta menjadikan keterlibatan khalayak yang ada dalam program ini menjadi sesuatu yang cukup penting. Suatu identitas yang sudah dikenal dan kebaruan yang sudah diaminkan para pemirsanya, menjadi tiket sebuah program akan memiliki usia panjang dan banjir dengan iklan. Entah apa yang akan terjadi kepada penonton setelah melihat program, bukan lagi suatu hal yang penting. Melainkan itulah hal yang nantinya akan diterima dan dikembalikan kepada penontonnya, bagaimana sebenarnya program yang baik itu ditayangkan. 



Tentang Penulis
Helvana Dewi Yulian - 14148143

0 komentar: