Representasi Citra Kepolisian di 86 NETTV
Ditulis oleh Yanu Andi
Televisi
merupakan salah satu media yang bisa mempengaruhi penontonya melalui berbagai
program yang dihadirkan. Secara langsung maupun tidak langsung penonton akan
membaca teks dari tayangan program sesuai apa yang menjadi tujuan program
televisi tersebut. Persepsi penonton
akan terbawa dengan gambaran apa yang mereka tonton. Untuk menganalisa suatu
program televisi salah satunya menggunakan analisa framing , dengan analisa ini
kita dapat mengetahui makna dari realitas yang dibentuk televisi dan kontruksi
apa yang ingin di sampaikan. Dengan terbiasanya masyarakat mengkonsumsi pesan-pesan televisi dan kurangnya pengalaman
masyarakat dengan realitas akibatnya televisi mempunyai peluang besar untuk
mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang
dikontruksikan.
Menurut
McQuail dalam buku Teori Komunikasi Massa mengatakan bahwa : “Media massa
memiliki fungsi kontrol yang lebih luas, yaitu mencakup segala proses yang
direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak, bahkan memaksa
warga masyarakat mematuhi norma-norma serta nilai-nilai yang berlaku. Media
massa cenderung merendahkan pembelot,baik dalam informasi maupun isi
fiktif”. Lebih lanjut McQuail juga
mengatakan dalam buku Teori Komunikasi Massa bahwa : “citra yang ditampilkan
media massa biasa mengalami perubahan (distorsi) sebagai akibat adanya segi
yang ditonjolkan karena masyarakat menyukainya,mencelanya,atau menghakiminya.
Sebaliknya , media massa juga mampu menutupi kebenaran untuk tujuan propaganda
atau pelarian diri dari kenyataan”.
Akhir – akhir ini banyak stasiun televisi
memberikan suatu tayangan program yang beraneka ragam format dan bentuk. Tidak
lain bertujuan untuk memperoleh penonton yang sebanyak- banyaknya dilain sisi
untuk memperoleh untung melalui iklan. Salah satu format yang marak adalah
reality show , reality show merupakan
jenis format program televisi menggambarkan adegan yang seakan-akan benar-benar
berlangsung tanpa skenario dengan pemain yang umumnya khalayak biasa. Salah
satu Reality show adalah 86 di NET.TV, program ini terbilang tergolong baru di
Indonesia dengan menampilkan polisi sebagai tokoh utama dalam program ini.
Program ini termasuk berani melawan pasar mainstream televisi Indonesia karena
kebanyakan format reality show bernuansa mistis dan sensualitas seperti Katakan
Putus, Jejak Paranormal,Mister Tukul Jalan-Jalan,Survivor. Program 86 ini
membawa nafas baru bagi penikmat reality show.
Penonton
diajak merasakan ketegangan anggota polisi dalam melaksanakan tugasnya seperti
penggrebekan bandar narkoba,bandar miras, warung remang-remang, tawuran hingga
penertiban lalu lintas, hal ini menjadi kekuatan utama dalam program reality
show ini. Sisi lain dari kepolisian juga menjadi bahan yang sering ditampilkan
misalnya hubungan antara polisi dan keluarganya, polisi dengan masyarakat serta
penggunaan polisi yang berparas ganteng dan cantik menjadi nilai jual dalam
tayangan program ini.
Pada
periode Oktober sampai Desember 2016 ada salah satu episode yang membuat saya
tertarik yaitu di saat media massa pada berlomba-lomba mengekpos kejadian aksi
212 masalah demo penistaan agama yang dilakukan salah satu calon gubernur DKI
Jakarta yaitu Basuki Tjahya Purnama atau yang sering dipanggil Ahok. Dalam
episode ini jelas terlihat program 86 menampilkan sosok polisi sedang melakukan
aksi pengamanan yang dilakukan sejak subuh mulai dari kordinasi seluruh pasukan
kemudian aksi pengamanan saat doa bersama, dalam episode ini ditambahkan
wawancara dengan polisi sehingga tampak dramatisir dalam aksi pengamanan doa
bersama ini.
Interaksi
antara polisi dan masyarakat menjadi kekuatan dalam episode ini, seolah-olah
sosok polisi adalah sosok sempurna bagi masyarakat sebagaimana tugasnya selain
menjaga keamanan juga sebagai sosok untuk mengayomi masyarakat. Memang tidak
bisa pungkiri bahwa semua gambaran yang ada disebuah tayangan televisi belum
tentu sepenuhnya realita sesungguhnya yang biasa masyarakat lihat di kehidupan
sebenarnya tetapi program 86 mencoba membentuk citra positif kepolisian dimata
masyarakat. Seringkali masyarakat menemui oknum polisi yang bersifat
sewena-wena,pungli dan kasar. Program 86 menghadirkan sosok polisi di episode
pengamanan aksi 212 sangat tepat dengan moment dimana lagi marak dengan isu
penistaan agama yang lagi heboh ditengah masyarakat. Menghadirkan sosok polisi
menjadi salah satu strategi dimana kesan polisi yang dekat dengan masyarakat
dan siap tanggap dalam segala permasalahan masyarakat selain permasalah sosial.
Program 86 yang secara jelas di awal tayangan sudah menampilkan tulisan bekerja sama dengan kepolisian negara republik Indonesia beserta logo POLRI. Tayangan di 86 membentuk citra positif kepolisian ditengah masyarakat. Televisi merupakan media yang mempengaruhi penonton sehingga diharapkan dari kepolisian dengan bekerja sama dengan stasiun televisi bisa merubah anggapan kepolisian yang sebelumnya negatif menjadi citra positif.
Tentang PenulisYanu Andi Prasetyo 14148145
Program 86 yang secara jelas di awal tayangan sudah menampilkan tulisan bekerja sama dengan kepolisian negara republik Indonesia beserta logo POLRI. Tayangan di 86 membentuk citra positif kepolisian ditengah masyarakat. Televisi merupakan media yang mempengaruhi penonton sehingga diharapkan dari kepolisian dengan bekerja sama dengan stasiun televisi bisa merubah anggapan kepolisian yang sebelumnya negatif menjadi citra positif.
Tentang PenulisYanu Andi Prasetyo 14148145
0 komentar: