Representasi Citra Kepolisian di 86 NETTV

02:33 Semut Nakal 14 0 Comments

Ditulis oleh Yanu Andi

Televisi merupakan salah satu media yang bisa mempengaruhi penontonya melalui berbagai program yang dihadirkan. Secara langsung maupun tidak langsung penonton akan membaca teks dari tayangan program sesuai apa yang menjadi tujuan program televisi tersebut.  Persepsi penonton akan terbawa dengan gambaran apa yang mereka tonton. Untuk menganalisa suatu program televisi salah satunya menggunakan analisa framing , dengan analisa ini kita dapat mengetahui makna dari realitas yang dibentuk televisi dan kontruksi apa yang ingin di sampaikan. Dengan terbiasanya masyarakat mengkonsumsi  pesan-pesan televisi dan kurangnya pengalaman masyarakat dengan realitas akibatnya televisi mempunyai peluang besar untuk mempengaruhi makna dan gambaran yang dihasilkan dari realitas yang dikontruksikan.
Menurut McQuail dalam buku Teori Komunikasi Massa mengatakan bahwa : “Media massa memiliki fungsi kontrol yang lebih luas, yaitu mencakup segala proses yang direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak, bahkan memaksa warga masyarakat mematuhi norma-norma serta nilai-nilai yang berlaku. Media massa cenderung merendahkan pembelot,baik dalam informasi maupun isi fiktif”.  Lebih lanjut McQuail juga mengatakan dalam buku Teori Komunikasi Massa bahwa : “citra yang ditampilkan media massa biasa mengalami perubahan (distorsi) sebagai akibat adanya segi yang ditonjolkan karena masyarakat menyukainya,mencelanya,atau menghakiminya. Sebaliknya , media massa juga mampu menutupi kebenaran untuk tujuan propaganda atau pelarian diri dari kenyataan”.
 Akhir – akhir ini banyak stasiun televisi memberikan suatu tayangan program yang beraneka ragam format dan bentuk. Tidak lain bertujuan untuk memperoleh penonton yang sebanyak- banyaknya dilain sisi untuk memperoleh untung melalui iklan. Salah satu format yang marak adalah reality show  , reality show merupakan jenis format program televisi menggambarkan adegan yang seakan-akan benar-benar berlangsung tanpa skenario dengan pemain yang umumnya khalayak biasa. Salah satu Reality show adalah 86 di NET.TV, program ini terbilang tergolong baru di Indonesia dengan menampilkan polisi sebagai tokoh utama dalam program ini. Program ini termasuk berani melawan pasar mainstream televisi Indonesia karena kebanyakan format reality show bernuansa mistis dan sensualitas seperti Katakan Putus, Jejak Paranormal,Mister Tukul Jalan-Jalan,Survivor. Program 86 ini membawa nafas baru bagi penikmat reality show.
Penonton diajak merasakan ketegangan anggota polisi dalam melaksanakan tugasnya seperti penggrebekan bandar narkoba,bandar miras, warung remang-remang, tawuran hingga penertiban lalu lintas, hal ini menjadi kekuatan utama dalam program reality show ini. Sisi lain dari kepolisian juga menjadi bahan yang sering ditampilkan misalnya hubungan antara polisi dan keluarganya, polisi dengan masyarakat serta penggunaan polisi yang berparas ganteng dan cantik menjadi nilai jual dalam tayangan program ini.
Pada periode Oktober sampai Desember 2016 ada salah satu episode yang membuat saya tertarik yaitu di saat media massa pada berlomba-lomba mengekpos kejadian aksi 212 masalah demo penistaan agama yang dilakukan salah satu calon gubernur DKI Jakarta yaitu Basuki Tjahya Purnama atau yang sering dipanggil Ahok. Dalam episode ini jelas terlihat program 86 menampilkan sosok polisi sedang melakukan aksi pengamanan yang dilakukan sejak subuh mulai dari kordinasi seluruh pasukan kemudian aksi pengamanan saat doa bersama, dalam episode ini ditambahkan wawancara dengan polisi sehingga tampak dramatisir dalam aksi pengamanan doa bersama ini.
Interaksi antara polisi dan masyarakat menjadi kekuatan dalam episode ini, seolah-olah sosok polisi adalah sosok sempurna bagi masyarakat sebagaimana tugasnya selain menjaga keamanan juga sebagai sosok untuk mengayomi masyarakat. Memang tidak bisa pungkiri bahwa semua gambaran yang ada disebuah tayangan televisi belum tentu sepenuhnya realita sesungguhnya yang biasa masyarakat lihat di kehidupan sebenarnya tetapi program 86 mencoba membentuk citra positif kepolisian dimata masyarakat. Seringkali masyarakat menemui oknum polisi yang bersifat sewena-wena,pungli dan kasar. Program 86 menghadirkan sosok polisi di episode pengamanan aksi 212 sangat tepat dengan moment dimana lagi marak dengan isu penistaan agama yang lagi heboh ditengah masyarakat. Menghadirkan sosok polisi menjadi salah satu strategi dimana kesan polisi yang dekat dengan masyarakat dan siap tanggap dalam segala permasalahan masyarakat selain permasalah sosial.
Program 86 yang secara jelas di awal tayangan sudah menampilkan tulisan bekerja sama dengan kepolisian negara republik Indonesia beserta logo POLRI. Tayangan di 86 membentuk citra positif kepolisian ditengah masyarakat. Televisi merupakan media yang mempengaruhi penonton sehingga diharapkan dari kepolisian dengan bekerja sama dengan stasiun televisi bisa merubah anggapan kepolisian yang sebelumnya negatif menjadi citra positif.

Tentang Penulis
Yanu Andi Prasetyo 14148145




0 komentar: