Menyentil Republik Sentilan Sentilun
Transformasi
Sentian Sentilun
Sentilan Sentilun, acara hiburan yang tayang setiap hari
Sabtu pukul 19.30 WIB di MetroTV ini awalnya merupakan adaptasi dari sebuah
naskah berjudul “Matinya Sang Kritikus“ karya sastrawan tersohor Agus
Noor, yang dimainkan secara monolog oleh seorang seniman bernama Butet Kertarajasa. Dulu saat memainkan
pertunjukan dari naskah tersebut, Butet Kertarajasa memerankan karakter sebagai
Sentilan sekaligus Sentilun. Namun
seiring dengan perkembangan jaman dan kebutuhan akan program tayangan di
televisi, MetroTV mengusung pertunjukan tersebut dalam bentuk drama parodi semi
talkshow.
(Tokoh
Ndoro Sentilan dan Sentilun dalam program acara Sentilan Sentilun)
Pada akhirnya, Sentilan dan Sentilun diperankan oleh orang
yang berbeda. Dimana Ndoro Sentilan, seorang
majikan dari keluarga jawa yang kaya raya
diperankan oleh aktor kawakan Slamet
Rahardjo dan
Sentilun, yang digambarkan sebagai seorang batur
atau pembantu yang sadar akan politik, ceplas-ceplos, kerap menyentil lawan
bicaranya dengan gayanya yang satir, kritis, sok tau dan selalu ingin tahu yang
diperankan apik oleh Butet Kertarajasa. Ndoro Sentilan yang merupakan
personofikasi dari penguasa yang bijaksana serta disegani dan Sentilun yang
merupakan personifikasi dari rakyat jelata yang melek akan politik.
Tontonan cerdas yang menghibur membuat pemirsa “melek
politik”
Pada dasarnya, Republik
Sentilan Sentilun bisa disaksikan dan dicerna siapa saja dengan mudah meskipun
topik yang dibahas pada umumnya adalah topik-topik berat, karena acara ini
senantiasa dikemas dengan parodi yang ringan dan komedi segar. Sehingga program
acara ini tak hanya menghibur, namun juga sebagai sarana pendidikan politik
yang murah atau dapat dikatakan dapat membuat pemirsa melek akan politik agar pemirsa senantiasa mengetahui perkembangan
situasi politik yang sedang terjadi di negaranya dengan cara yang ringan.
Menghadirkan isu –isu hangat
dan tema yang berbeda disetiap episodenya adalah modal utama program ini yang
tentunya akan menarik minat pemirsa untuk menyaksikan, sehingga menguntungkan
secara ekonomi bagi pembuatnya karena pemirsa akan tertarik untuk menonton
program ini. Sentilan Sentilun senantiasa mengusung tema mengenai peristiwa
yang sedang hangat seputar isu
politik, sosial, ekonomi, hingga budaya, dalam kemasan komedi lengkap
dengan sindiran kritisnya. Mulai dari kehidupan pribadi
para politikus, skandal korupsi, hingga masalah kenegaraanpun dijadikan bahan parodi dalam acara ini.
Masyarakat
umum dapat mudah menyerap permasalahan yang telah ada, dengan dihadirkannya
drama / parodi yang ringan dan dipenuhi dengan komedi.
(Kehadiran Jokowi sebagai bintang
tamu di Rep Sentilan Sentilun pada 2012)
Bintang tamu yang dihadirkan
merupakan para pesohor, politikus, pejabat, birokrat maupun artist Indonesia. Sebut saja Gubernur
DKI Basuki Tjahaja Purnama, hingga Presiden RI Joko Widodo pernah menjadi
bintang tamu dalam acara ini. Berbeda dengan para lakon tokoh pada parodinya
yang berakting seolah-olah menyerupai orang lain, para bintang tamu dalam acara
ini tentunya memainkan lakon sebagai dirinya sendiri sesuai dengan kapasitas
mereka yang tentunya tetap merujuk kepada tema yang telah di tentukan setiap
episodenya.
Sentilan-Sentilan yang ada dalam stiap kontennya /
Menyentil dengan kemiripan fisik tokoh parodi
(Tokoh Jk KW, Jokowi KW, Dan Megawati KW dalam Eps.
Pemimpin kerja kerja dan kerja)
Sindiran berupa kemiripan
fisik para lakon tokoh yang dihadirkan dalam parodipun, seakan akan kuat menyentil dan menyadarkan masyarakat
siapakah tokoh yang sedang dibicarakan / dijadikan bahan parodi. Pelaku
peristiwa yang diparodikan acap kali mengambil tokoh dari program acara yang
dahulu sempat menghiasi layar kaca Indonesia, dengan acara parodi politik yang
syarat akan kritiknya hingga beberapa kali dicekal oleh KPI yakni “republik
impian”. Tokoh yang secara fisik mirip dengan politikus ataupun aparatur negara
seperti megawati KW, Jarwo Kuat, Jokowi KW dsb diambil dari program acara
tersebut. Bintang tersebut memerankan apik tokoh yang mereka bawakan lengkap
dengan kemiripan gimmick, cara
berbicara, gesture tubuh hingga
kata-kata trend yang acap kali
digunakan oleh para tokoh yang sedang diparodikan.
(Djaduk Ferianto CS sebagai
homeband di Rep Sentian Sentilun)
Sindiran lain juga terlihat
pada homeband yang ada dalam acara
tersebut sebagai musik pembuka, pengirin, serta penutup acara. Dimana grup
musik yang di punggawai oleh Djaduk Ferianto tersebut senantiasa menyanyikan
lagu dengan lirik yang syarat akan kritik kepada pemerintahan yang ada.
Terlihat bagaimana “freedom of speech” atau kebebasan berbicara ada dalam
setiap aspek program acara ini mulai dari cerita yang diparodikan, lakon cerita
yang dihadirkan, argumentasi-argumentasi yang disampaikan, hingga musik yang
mengiringi acara tersebut.
Sisi Positif Sentilan Sentilun / Hadirnya narasumber
untuk memberikan solusi
Program ini tak hanya
menghadirkan masalah yang ada dengan lakon yang ada, namun juga memberikan
solusi-solusi berupa dihadirkannya narasumber inti sebagai juru bicara yang
ahli pada bidangnya untuk mengamati dan memberikan saran-saran terhadap masalah
yang sedang di tampilkan. Seperti contohnya pada episode “Kampanye Damai”
menghadirkan narasumber yakni Chozin Amirullah yang merupakan relawan yang
menjelaskan bagaimana mensukseskan kampanye damai serta menjadi relawan yang
baik dan benar sesuai dengan peraturan yang berlaku, serta memberikan
saran-saran atas masalah yang mungkin terjadi dalam aksi kampanye.
(Narasumber yang dihadirkan di Rep
Sentian Sentilun)
Tak hanya syarat akan sindiran
dan kritikan, program ini juga senantiasa memberikan hal positif bagi
pemirsanya. Dengan adanya nilai pesan moral yang disampaikan oleh Sentilun yang
terdapat di setiap akhir segment, seakan menadi bahan instropeksi diri bagi
pemirsa atas masalah yang terjadi. Melihat suatu masalah dari prespektif yang
lain dengan lebih bijaksana sebagai refleksi dan sarana instropeksi bagi
pemirsa dan pihak terkait.
Keberpihakan dengan pihak tertentu & tidak
transparan
Program yang pernah ditegur
oleh Komisi Penyiaran Indonesia pada Juli 2015 terkait dengan pelanggaran norma dimana terdapat
adegan seorang pria mengatakan kata “goblok” ini juga dinilai terlalu memihak
kepada sejumlah orang dimana kita tau sesuai dengan kepemilikannya, program
sentilan sentilun berada di bawah kekuasaan Metrotv. Jadi segala sesuatu yang
dihadirkan, pasti akan menyesuaikan dengan siapa pemilik stasiun televisi
tersebut. Sentilan sentilun dipastikan tidak akan menyentil masalah yang berkaitan
dengan “si pemilik stasiun televisi” tersebut beserta tokoh lain yang dekat
atau berhubungan dengan Surya Paloh baik di bidang Politik, Sosial, Ekonomi
maupun bidang lainnya.
Terkait dengan kepentingan politik, acara sentilan-sentilun ini terkesan memihak pemilik stasiun yang menyiarkannya dan kurang transparan dalam menyajikan tayangan ke publik. Terbukti pernah ada manipulasi berupa dubbingan suara yang tak sesuai dengan visual yang ada saat episode “Blusukan ke Kantor Ahok”, adegan pemotongan acara saat para pemain kebablasan membahas masalah tertentu yang akan merugikan “Si Pemilik stasiun siar” beserta “koleganya”. Kenapa harus melakukan sensor-sensor seperti itu di era reformasi yang sudah demokratis seperti sekarang ?. Bukankah seharusnya keterbukaan dan transparansi dijunjung tinggi dalam mewujudkan demokrasi yang sesungguhnya ? Cara program tersebut menyensor, memanipulasi dubbing, atau meng cut bagian program tertentu yang akan membahayakan “si penguasa dan tokoh terkait” itu jelas telah menghilangkan esensi dari Sentilan Sentilun yaang seyogyanya menegakkan transparansi bagi khalayak dalam menyentil para penguasa dan rakyat sipil agar semua terlihat jelas terbuka, dapat membukakan mata kita akan apa yang telah terjadi di negri kita tercinta ini serta menjadi renungan dan koreksi bagi kita semua.
Semoga program ini dapat
bertahan di layar kaca indonesia dan dapat memperbaiki kekurangan menjadi lebih
baik agar menjadi acara kritik pemerintahan yang dapat diandalkan masyarakat
untuk mengetahui kondisi serta polemik yang ada di negri kita tercinta ini.
0 komentar: