Kemunculan Karakter Hero Dalam Sinema Indonesia

01:41 Semut Nakal 14 0 Comments

Ditulis oleh Reni Apriliana

Kemunculan Karakter Hero Dalam Sinema Indonesia
Analisis Film Biografi Era 2000’an


Tokoh menjadi perihal penting dalam sebuah film, pasalnya satu tokoh dapat mewakili beberapa identitas seperti identitas negara, tempat asal, suku, ras, dan agama. Stuart Hall berpendapat bahwa konsep identitas manusia merupakan subjek yang terpusat, individu yang menyatu, subjek secara fitrahnya mewarisi apa yang dikatakan, sebagai beragam alasan (reason), kesadaran (consciounes), dan aksi (action), pusat dari esensial. Bahwa pada dasarnya manusia memiliki segala kemampuan untuk membebaskan diri dan menentukan bagaimana sesungguhnya eksistensi diri, sebagai diri yang mendapat pencerahan. Seluruhnya dimiliki manusia atas dasar alamiah (given) dan askriptif (keturunan).

Dalam situasi sinema Indonesia, identitas seorang tokoh dipetakan menjadi dua bagian. Bagian pertama menghadirkan kembali tokoh yang telah banyak dikenal oleh masyarakat. Bagian kedua lebih memunculkan konsep From Zero to Hero dalam memperkenalkan karakter. Dua bagian yang seringkali terpasang untuk meramaikan, menyampaikan pesan, dan beradu jumlah penonton dalam layar sinema Indonesia. Film yang berperan dalam mengkonstruksi karakter dalam dua bagian tersebut biasanya masuk kedalam kasifikasi genre film biopik atau biograf, Genre film biografi sendiri merupakan cerita penggalan kisah nyata atau kisah hidup seorang tokoh yang berpengaruh di masa lalu dan masa kini, Himawan (2008). Film yang banyak mempengaruhi ingatan masyarakat mengenai konstruksi seorang tokoh.  Definisi tokoh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI sendiri ialah mengenai bentuk badan/perwakilan, orang yang terkemuka dan ternama, biasanya dalam bidang politik, kebudayaan, dan lain sebagainya. Ketika seluruh perwakilan tersebut dihadirkan dalam film, konstruksi tokoh dapat terlihat lebih utuh, sehingga kuat dipahami oleh memori masyarakat.

Pada bagian pertama, singkat saja disebut sebagai penguatan karakter, dimana ketika tokoh tersebut telah banyak dikenal dalam literasi kepustakaan, kemunculannya dalam film dapat menjadikan posisinya lebih kuat. Konstruksi karakter dan identitas disempurnakan sedemikian rupa membentuk satu komponen utuh. Film jenis ini biasanya terdapat pada film biografi yang mengangkat tokoh Nasionalis Indonesia, seperti halnya Rudy Habibie, Sang Pencerah, Surat Cinta Untuk Kartini dan lain - lain.

Kemunculannya Dalam Film

Jika dalam film Habibie & Ainun banyak memberikan pesan cinta dan kehidupan, Film Rudy Habibie justru menjadi sekuel cerita sebelum bertemunya Habibie dengan Ainun. Fim Rudy Habibe justru banyak memberi makna dari cita – cita, keinginan, dan ambisi. Dimana sosok Habibie nampak jatuh bangun memperjuangkan pendidikan, semua dilakoni untuk mewujudkan sebuah Industri Dirgantara di Indonesia. Film ini banyak mendapat perhatian oleh publik, kisahnya banyak menarik simpati para pendidik di Indonesia untuk memberi rekomendasi menonton film tersebut kepada para muridnya. Pun pada beberapa pekan yang lalu film ini juga turut dijadikan ajang nonton bersama Para Mahasiswa penerima bantuan biaya pendidikan dari Pemerintah yang terlaksana di Kota Surakarta.

Banyak sudut pandang yang dipakai sutradara dalam menyampaikan pesan film. Mengingat, figur seorang sejarawan selalu ramai diperbincangkan oleh khalayak lintas generasi. Film Sutat Cinta Untuk Kartini misalnya, perempuan pembela emansipasi wanita dalam film ini divisualkan sebagai tokoh yang memperjuangkan pendidikan untuk anak – anak terkhusus pada perempuan. Tidak semerta berbicara mengenai perjuangan, sentuhan cerita cinta juga dibingkai dengan kemunculan seorang tokoh pengirim surat yang merasa jatuh hati pada Kartini. Bingkaian kisah cinta  tukang pengirim surat merupakan gawean fiktif yang dikemas oleh Azhar Kinoi Lubis dalam  menggambarkan sosok Kartini secara utuh pada film. Jika dalam karya sastra kita mengenal istilah Metafor, dalam film ini Lubis mencoba menggunakan sentuhan teknik tersebut dengan cara memapaparkan cerita utama dengan tidak langsung. Namun melalui cerita fiktif, daya tarik naratif film ini menjadi kuat, bahwasannya ada bumbu – bumbu yang sengaja ditambahkan tanpa berusaha mengalihkan benang merah cerita kehidupan seorang Kartini yang sebenarya.

Selain sosok Kartini, ketika mendengar nama seorang Ahmad Dahlan, masyarakat mungkin hanya mengenal sosoknya pada buku – buku sejarah dan pembelajaran di sekolah, dimana sebagian besar stereotype tokoh pejuang dibentuk. Film Sang Pencerah 2010, lebih lengkap menceritakan sosok Ahmad Dahlan yang dalam perjalannanya membawa pengetahuan baru sebagai pembalajaran ilmu agama, merepresentasikan perjuangan seorang tokoh kiyai di era perjuangan bangsa. Banyak penentangan – penentangan yang diterima Ahmad Dahlan dalam film tersebut, disebut sebagai ustad kafir karena telah berani membawa kebudayaan barat masuk kedalam agama islam. Pada film Sang Pencerah ini Hanung Bramantyo mencoba menggambarakan secara utuh sosok Ahmad Dahlan dalam segala bentuk perilaku, penampilan, dan atribut yang digunakan, sehingga terbentuk karakter seorang tokoh berwibawa dan bijaksana dalam menghadapi segala konflik yang terjadi pada dirinya.

Konsep From Zero to Hero

 Pada bagian kedua, ialah pada konsep From Zero to Hero, dimana sebelum muncul di film, identitas tidak akan diketahui oleh publik. Namun, berkat kemunculannya pada film, tokoh – tokoh tersebut seolah – olah menjadi selebritis dadakan yang namanya banyak dikenal oleh masyarakat serta dinilai menjadi sosok panutan. Representasi wujud seorang gadis yang berjuang mempertahankan kehidupan dan pendidikan di Negara Malaysia dituturkan secara apik dalam penggarapan Film Merry Riana. Film yang dijuluki sebagai mimpi sejuta dolar tersebut diadaptasi dari cerita novel kehidupan seorang gadis muda asal Indonesia yang sukses menjadi milyarder karena berhasil mengadu nasib di Negara Malaysia.

Selain Merry Riana ada pula film Athirah, Athirah mucul sebagai wujud perjuangan sosok wanita bugis dalam mempertahankan adat dan keutuhan keluarganya. Disini kemunculan film Athirah juga banyak disorot oleh publik, mengingat Athirah adalah ibu kandung dari Wakil Presiden Indonesia Yusuf Kalla. Hubungan yang erat dengan tokoh penting di Indonesia membuat film Athirah termaknai sebagai film yang sengaja dihadirkan untuk membangun citra dari keluarga Yusuf Kalla. Namun tak dapat diremehkan, kiprah film Athirah mampu menyaingi film layar lebar lain dalam ajang Festival Film Indonesia FFI sebagai film terbaik, pemeran utama wanita terbaik, penata artistik terbaik, piñata busana terbaik, dan penulis skenario adaptasi terbaik.

Film Sebagai Ajang Komoditas

Saat ini, bukan melulu mengenai bagaimana cara memaparkan pesan moral dan kisah hidup yang dipertimbangkan oleh para pelaku industri film, melainkan nilai jual juga menjadi perihal penting untuk turut dipertimbangkan. Seperti semacam barang komoditas yang sengaja dihadirkan untuk menjadi sebuah trend, yang sifatnya harus segera dibeli karena bersifat produktif dan sewaktu – waktu akan habis/cabut tayang. Tak heran jika film – film sejenis biograf ini banyak mondar – mandir di layar Bioskop Indonesia. Karena pergerakan industri film yang sangat dinamis dan produktif, lewat film seperti ini para pembuat film ingin mempertontonkan sisi lain dari figur yang selama ini hanya dikenal tanpa mengetahui konstruksi diri tokoh yang bersangkutan. Agar lebih mengenal lebih dekat tokoh tersebut, dalam kesehariannya dan siapa saja orang yang dekat atau berpengaruh dalam perjalanan hidupnya.


Terbukti pada website Filmindonesia.or.id, rating dan jumlah penonton film Rudy Habibie duduk pada peringkat ke empat dengan perolehan 2.010.072 jumlah penonton. Menjadi pembuktian bahwa film biograf dapat menarik perhatian publik. Selain difungsikan sebagai arisp visual dalam mempublikasikan realita historis kehidupan seorang tokoh, film biograf mendukung adanya keuntungan kapital dalam industri perfilman.

Tinjauan Pustaka :
Himawan Pratista, 2008. Memahami Film. Homerian Pustaka, Yogyakarta
Muhammad Ainun Najib, 2014. Skripsi Representasi Peran Kiai di Era Perjuangan Bangsa. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Suara Merdeka Hal 16, 8 Nov 2016


Tentang Penulis
Reni Apriliana lahir di Kota Kediri pada tanggal 21 April 1996. Sejak umur 5 tahun telah diajak kedua orangtua nya untuk pindah dan melanjutkan pendidikan di Kota Surabaya. Karena tertarik menekuni bidang film, kini dirinya sedang menempuh pendidikan S1 di Institut Seni Indonesia Surakrta jurusan Televisi dan Film.

0 komentar: