Kemunculan Karakter Hero Dalam Sinema Indonesia
Ditulis oleh Reni Apriliana
Kemunculan
Karakter Hero Dalam Sinema Indonesia
Analisis Film Biografi Era 2000’an
Analisis Film Biografi Era 2000’an
Tokoh menjadi perihal penting dalam sebuah film,
pasalnya satu tokoh dapat mewakili beberapa identitas seperti identitas negara,
tempat asal, suku, ras, dan agama. Stuart
Hall berpendapat bahwa konsep identitas manusia merupakan subjek yang
terpusat, individu yang menyatu, subjek secara fitrahnya mewarisi apa yang
dikatakan, sebagai beragam alasan (reason),
kesadaran (consciounes), dan aksi (action), pusat dari esensial. Bahwa pada
dasarnya manusia memiliki segala kemampuan untuk membebaskan diri dan
menentukan bagaimana sesungguhnya eksistensi diri, sebagai diri yang mendapat
pencerahan. Seluruhnya dimiliki manusia atas dasar alamiah (given) dan askriptif (keturunan).
Dalam situasi sinema Indonesia, identitas seorang tokoh
dipetakan menjadi dua bagian. Bagian pertama menghadirkan kembali tokoh yang
telah banyak dikenal oleh masyarakat. Bagian kedua lebih memunculkan konsep From Zero to Hero dalam memperkenalkan
karakter. Dua bagian yang seringkali terpasang untuk meramaikan, menyampaikan
pesan, dan beradu jumlah penonton dalam layar sinema Indonesia. Film yang
berperan dalam mengkonstruksi karakter dalam dua bagian tersebut biasanya masuk
kedalam kasifikasi genre film biopik
atau biograf, Genre film biografi
sendiri merupakan cerita penggalan kisah nyata atau kisah hidup seorang tokoh
yang berpengaruh di masa lalu dan masa kini, Himawan (2008). Film yang banyak
mempengaruhi ingatan masyarakat mengenai konstruksi seorang tokoh. Definisi tokoh dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia KBBI sendiri ialah mengenai bentuk badan/perwakilan, orang yang
terkemuka dan ternama, biasanya dalam bidang politik, kebudayaan, dan lain
sebagainya. Ketika seluruh perwakilan tersebut dihadirkan dalam film,
konstruksi tokoh dapat terlihat lebih utuh, sehingga kuat dipahami oleh memori
masyarakat.
Pada bagian pertama, singkat saja disebut sebagai
penguatan karakter, dimana ketika tokoh tersebut telah banyak dikenal dalam
literasi kepustakaan, kemunculannya dalam film dapat menjadikan posisinya lebih
kuat. Konstruksi karakter dan identitas disempurnakan sedemikian rupa membentuk
satu komponen utuh. Film jenis ini biasanya terdapat pada film biografi yang
mengangkat tokoh Nasionalis Indonesia, seperti halnya Rudy Habibie, Sang
Pencerah, Surat Cinta Untuk Kartini dan lain - lain.
Kemunculannya
Dalam Film
Jika dalam film Habibie & Ainun banyak
memberikan pesan cinta dan kehidupan, Film Rudy Habibie justru menjadi sekuel
cerita sebelum bertemunya Habibie dengan Ainun. Fim Rudy Habibe justru banyak
memberi makna dari cita – cita, keinginan, dan ambisi. Dimana sosok Habibie nampak
jatuh bangun memperjuangkan pendidikan, semua dilakoni untuk mewujudkan sebuah
Industri Dirgantara di Indonesia. Film ini banyak mendapat perhatian oleh
publik, kisahnya banyak menarik simpati para pendidik di Indonesia untuk memberi
rekomendasi menonton film tersebut kepada para muridnya. Pun pada beberapa
pekan yang lalu film ini juga turut dijadikan ajang nonton bersama Para Mahasiswa
penerima bantuan biaya pendidikan dari Pemerintah yang terlaksana di Kota
Surakarta.
Banyak sudut pandang yang dipakai sutradara dalam
menyampaikan pesan film. Mengingat, figur seorang sejarawan selalu ramai
diperbincangkan oleh khalayak lintas generasi. Film Sutat Cinta Untuk Kartini
misalnya, perempuan pembela emansipasi wanita dalam film ini divisualkan
sebagai tokoh yang memperjuangkan pendidikan untuk anak – anak terkhusus pada
perempuan. Tidak semerta berbicara mengenai perjuangan, sentuhan cerita cinta
juga dibingkai dengan kemunculan seorang tokoh pengirim surat yang merasa jatuh
hati pada Kartini. Bingkaian kisah cinta tukang pengirim surat merupakan gawean fiktif
yang dikemas oleh Azhar Kinoi Lubis dalam menggambarkan sosok Kartini secara utuh pada
film. Jika dalam karya sastra kita mengenal istilah Metafor, dalam film ini
Lubis mencoba menggunakan sentuhan teknik tersebut dengan cara memapaparkan
cerita utama dengan tidak langsung. Namun melalui cerita fiktif, daya tarik naratif
film ini menjadi kuat, bahwasannya ada bumbu – bumbu yang sengaja ditambahkan
tanpa berusaha mengalihkan benang merah cerita kehidupan seorang Kartini yang
sebenarya.
Selain sosok Kartini, ketika mendengar nama seorang
Ahmad Dahlan, masyarakat mungkin hanya mengenal sosoknya pada buku – buku
sejarah dan pembelajaran di sekolah, dimana sebagian besar stereotype tokoh pejuang dibentuk. Film Sang Pencerah 2010, lebih
lengkap menceritakan sosok Ahmad Dahlan yang dalam perjalannanya membawa
pengetahuan baru sebagai pembalajaran ilmu agama, merepresentasikan perjuangan
seorang tokoh kiyai di era perjuangan bangsa. Banyak penentangan – penentangan
yang diterima Ahmad Dahlan dalam film tersebut, disebut sebagai ustad kafir
karena telah berani membawa kebudayaan barat masuk kedalam agama islam. Pada
film Sang Pencerah ini Hanung Bramantyo mencoba menggambarakan secara utuh
sosok Ahmad Dahlan dalam segala bentuk perilaku, penampilan, dan atribut yang
digunakan, sehingga terbentuk karakter seorang tokoh berwibawa dan bijaksana dalam
menghadapi segala konflik yang terjadi pada dirinya.
Konsep From Zero to Hero
Pada bagian kedua,
ialah pada konsep From Zero to Hero,
dimana sebelum muncul di film, identitas tidak akan diketahui oleh publik.
Namun, berkat kemunculannya pada film, tokoh – tokoh tersebut seolah – olah menjadi
selebritis dadakan yang namanya banyak dikenal oleh masyarakat serta dinilai
menjadi sosok panutan. Representasi wujud seorang gadis yang berjuang
mempertahankan kehidupan dan pendidikan di Negara Malaysia dituturkan secara
apik dalam penggarapan Film Merry Riana. Film yang dijuluki sebagai mimpi
sejuta dolar tersebut diadaptasi dari cerita novel kehidupan seorang gadis muda
asal Indonesia yang sukses menjadi milyarder karena berhasil mengadu nasib di
Negara Malaysia.
Selain
Merry Riana ada pula film Athirah, Athirah mucul sebagai wujud perjuangan sosok
wanita bugis dalam mempertahankan adat dan keutuhan keluarganya. Disini
kemunculan film Athirah juga banyak disorot oleh publik, mengingat Athirah adalah
ibu kandung dari Wakil Presiden Indonesia Yusuf Kalla. Hubungan yang erat dengan
tokoh penting di Indonesia membuat film Athirah termaknai sebagai film yang
sengaja dihadirkan untuk membangun citra dari keluarga Yusuf Kalla. Namun tak
dapat diremehkan, kiprah film Athirah mampu menyaingi film layar lebar lain
dalam ajang Festival Film Indonesia FFI sebagai film terbaik, pemeran utama wanita
terbaik, penata artistik terbaik, piñata busana terbaik, dan penulis skenario
adaptasi terbaik.
Film Sebagai Ajang
Komoditas
Saat ini, bukan melulu mengenai bagaimana cara memaparkan
pesan moral dan kisah hidup yang dipertimbangkan oleh para pelaku industri film,
melainkan nilai jual juga menjadi perihal penting untuk turut dipertimbangkan.
Seperti semacam barang komoditas yang sengaja dihadirkan untuk menjadi sebuah trend, yang sifatnya harus segera dibeli
karena bersifat produktif dan sewaktu – waktu akan habis/cabut tayang. Tak
heran jika film – film sejenis biograf ini banyak mondar – mandir di layar
Bioskop Indonesia. Karena pergerakan industri film yang sangat dinamis dan
produktif, lewat film seperti ini para pembuat film ingin mempertontonkan sisi
lain dari figur yang selama ini hanya dikenal tanpa mengetahui konstruksi diri
tokoh yang bersangkutan. Agar lebih mengenal lebih dekat tokoh tersebut, dalam
kesehariannya dan siapa saja orang yang dekat atau berpengaruh dalam perjalanan
hidupnya.
Terbukti pada website Filmindonesia.or.id, rating
dan jumlah penonton film Rudy Habibie duduk pada peringkat ke empat dengan
perolehan 2.010.072 jumlah penonton. Menjadi pembuktian bahwa film biograf dapat
menarik perhatian publik. Selain difungsikan sebagai arisp visual dalam
mempublikasikan realita historis kehidupan seorang tokoh, film biograf
mendukung adanya keuntungan kapital dalam industri perfilman.
Tinjauan
Pustaka :
Himawan Pratista, 2008. Memahami Film. Homerian Pustaka,
Yogyakarta
Muhammad Ainun Najib, 2014. Skripsi Representasi Peran Kiai di Era Perjuangan
Bangsa. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Suara
Merdeka Hal 16, 8 Nov 2016
Tentang Penulis
Reni Apriliana lahir di Kota Kediri pada tanggal 21 April 1996. Sejak umur 5 tahun telah diajak kedua orangtua nya untuk pindah dan melanjutkan pendidikan di Kota Surabaya. Karena tertarik menekuni bidang film, kini dirinya sedang menempuh pendidikan S1 di Institut Seni Indonesia Surakrta jurusan Televisi dan Film.
Reni Apriliana lahir di Kota Kediri pada tanggal 21 April 1996. Sejak umur 5 tahun telah diajak kedua orangtua nya untuk pindah dan melanjutkan pendidikan di Kota Surabaya. Karena tertarik menekuni bidang film, kini dirinya sedang menempuh pendidikan S1 di Institut Seni Indonesia Surakrta jurusan Televisi dan Film.
0 komentar: